Belakangan ini saya jadi
agak heran, setiap kali ngumpul sama teman dan terlibat dalam obrolan, sering
kali obrolan kami selalu bermuara pada satu buah pertanyaan “Kenapa anak-anak
zaman sekarang beda kali sama anak-anak zaman kita ya?”
Beda yang saya maksud
disini maknanya luas ya, bisa jadi sifat dan ketahanan fisik dan mentalnya.
Nah, kalau pertanyaannya begini, saya cuma bisa nyengir aja, mau gimana lagi
lah saya juga belum nikah apalagi punya pengalaman ngurusin bocah.
Sampai akhirnya sepekan
yang lalu saya dapat penugasan dari kantor buat ikutan sosialisasi seribu hari
kehidupan yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi Sumatera Utara. Saat liat
undangannya saya langsung tahu kalau sosialisasinya bakalan nggak jauh-jauh di
seputaran bayi dan gizi. Agak-agak speechless sih, karena staff di tempat kami
yang statusnya perempuan kan bukan cuma saya, ini apaannn??? Apa saya disuruh
cepetan nikah? *eh..*
Singkat cerita, saya
sampailah di tempat sosialisasi dan ternyata seperti biasa acaranya ngaret
donk. Untuk mengisi waktu kosong, peserta yang sudah hadir dipersilahkan
menonton cuplikan video yang menggambarkan perkembangan bayi di dalam kandungan
(mulai dari embrio sampai membentuk janin). Ngeliat video ini saya jadi ingat
emak di rumah dan mulailah saya bermellow ria. Untung aja acaranya segera
dimulai, kalau nggak kan lucu aja tiba-tiba saya mewek tanpa alasan jelas.
Overall sosialisasinya
sangat mengedukasi dan nggak terlalu bikin boring. Dari sosialisasi ini saya
jadi paham kalau masa pertumbuhan anak yang paling penting adalah di 1000 hari
kehidupannya. 1000 hari itu diukur sejak anak masih di dalam kandungan hingga
anak berusia dua tahun. Dan ternyata, jika anak mengalami kekurangan gizi di masa
1000 hari kehidupannya maka akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak
dan fisik anak.
Nggak percaya? Awalnya saya
juga, tapi ternyata Jepang sudah lebih dahulu menganalisis hal ini dan merubah
pola gizi terhadap bayi. Dan hasilnya? Dulu itu penduduk Jepang terkenal
pendek, namun sekarang pola itu sudah berubah. Jika kawan – kawan ada yang
memutuskan untuk berwisata ke Jepang, pasti kawan-kawan juga akan mengakui
kalau penduduk Jepang terutama remajanya sudah lebih jangkung dan proporsional.
Salah satu yang paling
berpengaruh adalah pemberian asi eksklusif untuk mencegah gizi buruk pada anak
(stunting). Pola pemberian makanan tambahan juga sangat berpengaruh. Kalau
biasanya ibu-ibu pengen yang praktis dan memberi makanan kemasan yang tinggal
siram air panas aja, nah ternyata ibu-ibu model begini sangat perlu diberi
pencerahan. Ternyata itu, yang paling baik adalah sayur-sayuran yang dihaluskan
dan jangan memberi makanan tambahan dengan diselingi air putih. Begitupun
makanan tambahan ini sebaiknya diberikan setelah pemberian asi eksklusif selama
enam bulan.
Nah penjelasan tentang
gizi dan pemberian dan dukungan terhadap ibu yang memberikan asi eksklusif ini
akan saya jelaskan di post berikutnya ya. Udah malam juga dan saya mau weekend
dulu donk :D
0 comments:
Post a comment